Pernahkah Anda membayangkan jika
seandainya sekarang uang pecahan Rp 50 (lima puluh perak) tidak lagi digunakan atau mungkin juga
uang koin pecahan Rp 50 sudah tidak diproduksi lagi?
seandainya sekarang uang pecahan Rp 50 (lima puluh perak) tidak lagi digunakan atau mungkin juga
uang koin pecahan Rp 50 sudah tidak diproduksi lagi?
Katakanlah sekarang Anda belanja, terus
ada kembalian Rp 50 perak, kemudian sang teller bertanya seperti ini: “Kembalian
Rp 50 peraknya apa mau disumbangkan pak?” Terus kira-kira apa raksi Anda? Jawaban
Anda sudah bisa saya tebak, ‘YA’ sumbangkan saja.
ada kembalian Rp 50 perak, kemudian sang teller bertanya seperti ini: “Kembalian
Rp 50 peraknya apa mau disumbangkan pak?” Terus kira-kira apa raksi Anda? Jawaban
Anda sudah bisa saya tebak, ‘YA’ sumbangkan saja.
Saya sempat berpikir bahwa jika Rp 50
perak yang dikumpulkan oleh 1juta orang konsumen dalam kurun waktu 1 bulan,
bukankah nilainya menjadi Rp 50.000.000,- Kenapa nggak dikumpulin aja dari
sekarang?
perak yang dikumpulkan oleh 1juta orang konsumen dalam kurun waktu 1 bulan,
bukankah nilainya menjadi Rp 50.000.000,- Kenapa nggak dikumpulin aja dari
sekarang?
Keberadaannya mungkin tidak terlalu
dihiraukan banyak orang, namun tanpanya tidak akan ada kata seribu, sejuta,
semilyar, dan seterusnya. 950 tidak bisa dinyatakan 1.000, demikian pula jika 999.950,
belum genap juga menjadi 1.000.000, ya nggak?
dihiraukan banyak orang, namun tanpanya tidak akan ada kata seribu, sejuta,
semilyar, dan seterusnya. 950 tidak bisa dinyatakan 1.000, demikian pula jika 999.950,
belum genap juga menjadi 1.000.000, ya nggak?
Orang bijak bilang ribuan langkah
yang telah kita lalui selalu dimulai dengan langkah pertama. Dan ingat, segala
sesuatu yang besar, selalu diawali dengan hal terkecil, jadi jangan sampai
remehkan lima puluh peraknya ya.
yang telah kita lalui selalu dimulai dengan langkah pertama. Dan ingat, segala
sesuatu yang besar, selalu diawali dengan hal terkecil, jadi jangan sampai
remehkan lima puluh peraknya ya.
Sebuah pepatah kuno, ‘Sedikti demi
sedikit lama-lama jadi bukit’ sesungguhnya palsafah ini yang perlu kita
terapkan dalam kehidupan kita. Bukan cuma tentang uang, yang lebih penting dari
itu semua mengumpulkan bekal semasa perjalanan hidup.
sedikit lama-lama jadi bukit’ sesungguhnya palsafah ini yang perlu kita
terapkan dalam kehidupan kita. Bukan cuma tentang uang, yang lebih penting dari
itu semua mengumpulkan bekal semasa perjalanan hidup.
Baca dulu: 5
Langkah agar Tetap Semangat di Hari Senin.
Langkah agar Tetap Semangat di Hari Senin.
Mengapa
menjadi sangat Dahsyat?
Sangat sederhana, semua menjadi
dahsyat karena ada faktor X (kali). Tanpa adanya faktor kali, semua mah nggak
ada artinya, tetap aja nilainya. Nah, ini juga yang seharusnya kita terapkan
dengan disiplin dalam kehidupan kita.
dahsyat karena ada faktor X (kali). Tanpa adanya faktor kali, semua mah nggak
ada artinya, tetap aja nilainya. Nah, ini juga yang seharusnya kita terapkan
dengan disiplin dalam kehidupan kita.
Seandainya kita berbohong 1 kali saja
dalam sehari, jika saat ini berusia 30 tahun, maka kita telah melakukan
kebohongan sebanyak 10.950 (30 X 365 hari) kali kebohongan. Ini tentu bisa kita
balik, dengan cara melakukan 1 kali kebaikan.
dalam sehari, jika saat ini berusia 30 tahun, maka kita telah melakukan
kebohongan sebanyak 10.950 (30 X 365 hari) kali kebohongan. Ini tentu bisa kita
balik, dengan cara melakukan 1 kali kebaikan.
Sekali lagi, faktor kali menjadi
penentu kedahsyatannya, kecuali yang nilainya ‘0’ dikalikan berapapun hasilnya
tetap ‘0’. Misalnya kita tidak melakukan apapun, maka hasilnya juga adalah nol
besar, bedanya nol kecil sama besar doang.
penentu kedahsyatannya, kecuali yang nilainya ‘0’ dikalikan berapapun hasilnya
tetap ‘0’. Misalnya kita tidak melakukan apapun, maka hasilnya juga adalah nol
besar, bedanya nol kecil sama besar doang.
Tentang
Faktor Kali
Guru matematika saya dulu bilang, semua
orang (maksudnya semua manusia) hebat dalam hal perkalian dan penjumlahan, namun
memiliki kelemahan dalam pengurangan dan pembagian.
orang (maksudnya semua manusia) hebat dalam hal perkalian dan penjumlahan, namun
memiliki kelemahan dalam pengurangan dan pembagian.
Kenyataannya memang seperti itu, hampir
semua orang sulit berbagi karena takut kekurangan, apalagi soal uang dan ilmu. Kalaupun
ada yang mau berbagi pasti ada ujungnya (meminta imbalan/pamrih). Ya maklumin
saja karena itu memang sifat umum manusia!
semua orang sulit berbagi karena takut kekurangan, apalagi soal uang dan ilmu. Kalaupun
ada yang mau berbagi pasti ada ujungnya (meminta imbalan/pamrih). Ya maklumin
saja karena itu memang sifat umum manusia!
Berbagi sama halnya dengan menanam
(investasi) sedangkan panen/menuai sama halnya dengan mengalikan. Semakin banyak
kita menanam, maka semakin besar pula kemungkinan kita panen hasilnya.
(investasi) sedangkan panen/menuai sama halnya dengan mengalikan. Semakin banyak
kita menanam, maka semakin besar pula kemungkinan kita panen hasilnya.
Sesungguhnya faktor kali itu adalah
sebuah proses, jadi bukan hasil. Jangan lewatkan untuk menyimak 6
Cara Kreatif Membuka Pintu Rezeki.
sebuah proses, jadi bukan hasil. Jangan lewatkan untuk menyimak 6
Cara Kreatif Membuka Pintu Rezeki.
Kesimpulan
Saat lima puluh perak sudah mulai
ditinggalkan dan dibuang orang, kini giliran kita untuk mengumpulkannya. Percayalah
bahwa faktor kali (X) dan tambah itu sangat dahsyat hasilnya.
ditinggalkan dan dibuang orang, kini giliran kita untuk mengumpulkannya. Percayalah
bahwa faktor kali (X) dan tambah itu sangat dahsyat hasilnya.
Ini adalah peluang terbesar
bagi kita, ingat gunakan selalu daya imajinasi
dan otak miring yang Anda miliki untuk membuat hasilnya semakin dahsyat. Sebelum
menekan tanda X pada browser, baca dulu 7
Hal yang Diinginkan Orang Kaya dan Sukses Selain Uang.
bagi kita, ingat gunakan selalu daya imajinasi
dan otak miring yang Anda miliki untuk membuat hasilnya semakin dahsyat. Sebelum
menekan tanda X pada browser, baca dulu 7
Hal yang Diinginkan Orang Kaya dan Sukses Selain Uang.
saya sempat tu mas merasakan jaman 50 perak, kalau bisa diberlakukan lagi ya pasti nilai rupiah semakin membaik 😀
Saya juga berharap demikian mas, dulu sewaktu saya masih SMP, 50 perak bs buat jajan es segelas mas, itu sekitar tahun 1994, sebelum krisis.
Ini semacam filosofi uang 50 perak mas….kecil namun berarti
Bisa dibilang seperti itu mas, hanya saja bukan sebuah filosofi juga sih, masih jauh dari kata filosofi Mas Wahab, mungkin lebih tepatnya Unek2