Ketika Anda Tidak Tahu Apa yang Harus Dilakukan, Jawabannya: Menunggu!

Sebelum memulai artikel ini, saya mengutip sebuah kalimat dari Tiongkok kuno (I Ching). Mudah-mudahan terjemahannya lebih pas dan dapat diterima nalar kita sebagai orang timur. Berikut ini kutipannya:

“Menunggu bukan hanya harapan hampa. Ia memiliki kepastian batin untuk mencapai tujuan. ”~ I Ching.

Menunggu memiliki pengaruh buruk dalam masyarakat modern seperti di era digital sekarang.

“Kami tidak suka menunggu! “

Jauh lebih mudah untuk menemukan kutipan di Internet tentang “merebut hari” dan membuat sesuatu terjadi, ketimbang kutipan tentang menunggu.

Saya sudah menjadi orang yang tidak sabar untuk menjalani sebagian besar hidup saya. Saya ingin hal-hal terjadi pada saya! Saya memiliki agenda yang pasti ketika berusia 20an: menyelesaikan kuliah, bekerja, menikah, dan memiliki keluarga. Jadi saya menyatakan hal ini wajar dan mulai mengerjar tujuan saya. Ketika tiba “saatnya” untuk menikah, saya memilih orang yang paling cocok dan kemudian saya menikahinya. Meskipun sedikit terlambat, kala itu saya berusia 29 tahun.

Saya benar-benar tidak tahu banyak tentang menunggu. Saya pikir itu adalah sesuatu yang Anda lakukan jika Anda tidak memiliki keberanian atau keyakinan. Itu hanya alasan untuk tidak bertindak. Namun sekarang saya lebih memahaminya.

Artikel lain: Cara Mudah Membangkitkan Alam Bawah Sadar Anda.

Daftar Isi:

Menunggu adalah salah satu alat paling kuat yang kita miliki untuk menciptakan kehidupan yang kita inginkan.

Ego, atau pikiran, sangat tidak nyaman dalam keadaan menunggu. Ini adalah bagian dari Anda yang cukup berteriak, “Lakukan sesuatu! Apa pun lebih baik daripada tidak sama sekali! ”

Dan, karena kita adalah masyarakat yang sangat egois, maka Anda akan menemukan banyak suara eksternal yang mendukung pesan itu. Mungkin termasuk Anda yang membaca tulisan ini.

Pikiran membenci ketidakpastian, dan lebih suka membuat kesalahan daripada hanya hidup dalam keadaan “tidak tahu” sementara langkah yang tepat terbentang luas.

Ada istilah yang saya sukai yang menggambarkan tempat ketidakpastian ini yaitu liminal. Ruang liminal berada di perbatasan atau ambang batas di antara kemungkinan-kemungkinan. Ini adalah tempat potensi murni: kita bisa pergi ke mana saja dari sini. Tidak ada lampu terang dan tanda-tanda yang jelas mengatakan: “Berjalanlah dengan cara ini.” Tidak, sungguh sebuah penantian.

Ruang liminal bisa saja membuat kita sangat tidak nyaman, dan kebanyakan dari kita cenderung terburu-buru melaluinya, bila perlu secepat mungkin melewatinya.

Jika kita bisa memperlambatnya sedikit, lanskap atau pemandangan secara bertahap akan menjadi lebih jelas, seperti ketika mata Anda menyesuaikan diri pada ruangan yang gelap.

Kita akan mulai menggunakan semua indra kita. Ego menginginkan jalan raya super terang ke masa depan, tetapi kehidupan nyata lebih mirip seperti labirin. Kita mengambil satu atau dua langkah ke arah tertentu, dan kemudian menghadapi titik balik lain. Membuat jalan ke depan membutuhkan keterampilan yang sangat berbeda, dan “menunggu” adalah salah satu yang paling penting.

Ada waktu yang tepat untuk semua hal, dan seringkali bukan waktu yang kita inginkan (sekarang atau bahkan kemarin). Ada hal-hal yang terjadi pada tingkat alam bawah sadar, dalam diri kita dan orang lain, yang mempersiapkan kita untuk mengikuti langkah selanjutnya. Anehnya, ketika waktu untuk bertindak datang, sering ada rasa tak terhindarkan tentang hal itu, seolah-olah itu selalu dimaksudkan untuk menjadi seperti ini.

Lihatlah kembali kehidupan Anda dan Anda akan melihat pola ini. Pertama, lihat keputusan yang Anda paksakan: bagaimana hasilnya? Kemudian cari waktu ketika Anda hanya “tahu” apa yang harus dilakukan, bahkan tanpa memikirkannya. Apa yang terjadi kemudian?

Kunci untuk jenis keputusan kedua adalah menunggu pemahaman mendalam tentang pengetahuan batin.

Itu tidak berarti Anda yakin bahwa semuanya akan menjadi seperti yang Anda inginkan. Atau Anda tidak merasa takut. Tetapi ada rasa “ya, sekarang saatnya” di tubuh Anda yang saya rasa dengan dorongan seperti burung bermigrasi ketika saatnya untuk meninggalkan kota. Mereka tidak berdebat apakah akan pergi, konsultasi tentang peta jalan dan kalender. Mereka hanya pergi ketika waktunya tepat.

Kita adalah hewan juga, kita memilikinya dan dapat memupuk kepekaan batin yang memungkinkan kita untuk tahu apa yang harus dilakukan ketika waktunya tepat. Tetapi untuk melakukan itu kita harus melepaskan diri kita dari pikiran. Berpikir berguna sampai titik tertentu, tetapi biasanya kita membawanya jauh melampaui titik manfaat. Yang terjadi kemudian adalah kecanduan berpikir.

Kita terus mengulang berbagai pilihan, mencoba memprediksi masa depan hanya berdasarkan harapan dan ketakutan kita.

Kita berbicara tanpa henti dengan orang lain tentang apa yang harus kita lakukan, berharap mereka memiliki jawaban untuk kita (dan, idealnya, mencoba membuat semua orang setuju).

Kita berpikir tentang apa yang “harus” kita lakukan, berdasarkan sejumlah ukuran eksternal: akal sehat, moralitas, agama, nilai-nilai keluarga, keuangan, dan sebagainya.

Dan biasanya kita tambahkan semua ini dan mengambil momen terbaik kita.

Artikel lain: Cara Memprogram Alam Bawah Sadar dengan Sugesti Positif.

Cara yang lebih baik adalah memeriksa apa yang Anda ketahui (dan, yang lebih penting lagi, apa yang tidak Anda ketahui) lalu … tunggu.

Jika ada tindakan yang memanggil Anda, meskipun tampaknya tidak terkait dengan pertanyaan yang ada, lakukan saja! Kemudian tunggu lagi untuk dorongan lain untuk bergerak. Tunggulah dengan cara aktif bukan pasif.

Itu artinya: jagalah indra batiniahmu yang disetel pada dorongan atau intuisi. Harapkan bahwa jawaban akan datang. Seperti yang di katakan I Ching, tunggu dengan “kepastian batin untuk mencapai tujuan.”

Ini bukanlah jenis dithering dan prokrastinasi yang sama yang datang ketika kita ingin mencoba sesuatu yang baru tetapi takut untuk melangkah keluar pada hal yang tidak diketahui. Jika intuisi Anda menarik Anda ke arah tertentu dan pikiran Anda berteriak pada Anda untuk “Berhenti!” Dengan segala cara abaikan pikiran Anda.

Ada perbedaan yang sangat mendasar tetapi sangat nyata antara perasaan takut (yang menahan Anda untuk melakukan sesuatu yang telah lama ingin Anda lakukan) dan was-was (yang memperingatkan Anda bahwa keputusan yang terlihat bagus di awal tidak tepat untuk Anda).

Dalam kedua kasus itu, carilah dan percayalah bahwa ada rasa mendalam akan pengetahuan batin, bahkan jika pemikiran Anda memberi tahu Anda berbeda.

Seorang teman pernah mengatakan kepada saya bahwa nasihat terbaik ayahnya kepadanya adalah: “Memutuskan untuk menikah seharusnya menjadi keputusan termudah dalam hidup Anda.” Betapa saya berharap bahwa saya tahu ketika saya membuat keputusan untuk saya sendiri (sangat ambivalen).

Ambivalensi merupakan perasaan mendua pada seseorang. Satu sisi merasa sayang di sisi lain ada perasaan benci. Kadang disebut perasaan ambigu. Biasanya ini terjadi antara anak terhadap ortu atau gurunya”.

Kepala saya mengatakan kepada saya bahwa ini adalah hal yang masuk akal untuk dilakukan, dan dia adalah wanita yang baik. Namun, perasaan saya jauh dari pikiran. Saya masih ingat dengan jelas banyak perdebatan batin yang saya alami tentang apakah akan menikahinya, dan bahkan mimpi-mimpi yang saya miliki yang mengungkapkan keengganan batin saya. Sayangnya, saya pergi dengan pemikiran saya bukan naluri saya.

Sekarang saya tahu ini: Jika Anda harus berbicara sendiri dalam mencapai sesuatu, cobalah menunggu sebagai gantinya. Lebih banyak akan terungkap, jika Anda memberikan sedikit waktu.

Abaikan suara itu di kepala Anda yang mengatakan Anda perlu membuat keputusan sekarang. Jangan terburu-buru menjalani hidup.

Berlama-lama di ruang liminal dan lihat apa yang tergambar jelas saat Anda duduk dalam ketidakpastian. Belajar percaya bahwa perasaan Anda lebih dari kepala (pikiran) Anda. Milikilah iman bahwa jalan yang benar akan terungkap pada saat yang tepat. Dan kemudian, ketika saatnya tiba, lakukan saja, sederhana dan alami seperti ketika burung-burung terbang.

 

sumber bacaan:

The Power of Waiting When You Don’t Know What to Do

https://id.wikipedia.org/wiki/Liminalitas

https://www.kompasiana.com/juliantosimanjuntak/90-anak-bermasalah-mengidap-ambivalensi_5500d427813311cb60fa8105

sumber gambar: pixabay.com

Iklan

Melalui buku ini, Anda akan belajar bagaimana Membangun kekayaan Melalui Investasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.