Mengais Secercah Harapan Dibalik Ramahnya Internetisasi

Siapa yang berani berharap dan
sejalan dengan usaha yang dilakukan, sukses akan menyertai langkahnya.
Perkembangan omzet pelaku pedagang
pasar dengan pelaku bisnis online (jualan online) semakin bertolak belakang.
Disaat dagangan konvensional di pasar semakin sepi, bisnis online malah semakin
melejit dan riuh peminat.
Kondisi ini yang membuat miris,
apalagi sekarang harga komoditas pertanian seperti karet, sawit tidak
berbanding lurus dengan harga kebutuhan pokok. Disaat harga kebutuhan pokok
merangkak naik akibat inflasi, harga komoditas pertanian/perkebunan justru
makin terjun bebas.
Ini tentu berdampak buruk bagi para
pedagang pasar yang notabene cara berjualannya masih konvensional alias
menunggu orang datang ke pasar untuk belanja. Berbeda dengan pelaku bisnis
online yang  berjualannya di dongkrak
oleh popularitas digitalisme, internetisasi dan demam sosmed.
Saat ini hampir semua barang dan
jasa dapat diperoleh secara online, termasuk didalamnya Jasa Gojek. Semakin
manja, semakin mudah, dan semakin cepat itulah slogan era digitalisme dan saya
rasa sangat relevan.
Baiklah, mari kita kupas tuntas
tentang problematika pedagang pasar dan meroketnya bisnis online, yang semakin
menjamur sembari menghangatkan badan dengan kopi tubruk plus camilan sehat.
Mengais Secercah Harapan Dibalik Ramahnya Internetisasi

 

Daftar Isi:

Problematika
Pedagang Pasar

Beberapa pedagang pasar yang berkonsultasi
dengan saya mengeluhkan usaha dagangannya di pasar yang makin sepi, padahal
sebentar lagi menjelang hari raya Natal.
Biasanya pak, memasuki bulan
Desember jualan saya (pakaian, sepatu, sandal dan aksesoris) udah rame dan
untung saya juga lumayan besar, tapi tahun ini sepi, keluh salah satu pedagang.
Sementara yang lain lagi, Modal saya
makin menipis pak, selama usaha saya sepi terkadang untuk makan sehari-hari diambil
dari modal, akhirnya stok barang juga makin sedikit. Gimana mau jualan kalau
barang yang jenis dijual kurang, bayar utang juga nyendat-nyendat ni pak.
Ada lagi yang lain, saya butuh modal
pak, maklum menjelang Natalan ini biasanya ramai pembeli, jadi saya harus stok
sejumlah barang, biar nggak keburu harganya naik.
Dari beberapa kondisi pedagang pasar
diatas dapat disimpulkan bahwa ada permasalahan pokok dan utama adalah daya
beli masyarakat menurun. Hal ini diakibatkan oleh turunnya harga komoditas
pertanian seperti karet dan sawit.
Keduanya merupakan komoditas
unggulan masyarakat di daerah Kalbar, khususnya Kabupaten Mempawah (tempat saya
bekerja sekarang) serta beberapa kabupaten lain di Kalbar.
Dapat dikatakan kondisi krisis yang
dialami berdampak sistemik, hampir semua lapisan terkenal imbasnya. Pedagang
pasar sudah banyak yang termehek-mehek menunggu dagangannya dibeli.
Sementara kehidupan musti terus
berlanjut, terkadang bertahan dalam kondisi sulit memaksa untuk lebih kreatif,
terutama melihat peluang.

Dominasi
Jualan Online dan Era Digitalisme

Selama tiga bulan terakhir, sudah
ada sekitar 6 orang pelaku bisnis online yang berkonsultasi dengan saya untuk
memohon bantuan pinjaman dana demi memperbesar usaha jualannya.
Barang yang dijual cukup beragam dan
yang mendomonasi adalah Fashion Wanita (Baju, Celana, Dres, dll), Tas, Jilbab,
Jaket, aksesoris hingga sepatu/sandal.
Udah tau dong, wanita kan emang
doyan borong, dan shopping dijadiin hobi dan olah raga.
Kondisi ini cukup menggembirakan
karena kebanyakan dari mereka baru saja mencoba jualan secara online.
Saya coba bertanya, melalui media
apa jualan onlinenya mbak?
Saya biasanya pake BBM, instagram
dan Facebook sementara beberapa teman saya mencoba lewat jual beli online
semacam BukaLapak.com, OLX dan sejenisnya.
Dalam hati saya berpikir, ini usaha
yang cukup prospek, mengingat omzet mereka udah lumayan untuk ukuran Ibu Rumah
Tangga yang kebanyakan untuk penghasilan tambahan. Berkisar 1 digit, udah
lumayan benget kan…
Sangat kontras, disaat pedagang
pasar mengeluhkan dagangannya sepi, pelaku bisnis online malah tambah modal mengembangkan
usaha jualannya dan menambah item barang yang dijual.
Sekali lagi ini membuktikan bahwa era
digitalisme cukup ampuh mendongkrak penghasilan, jika tahu cara mengkonversinya
tentunya. Kebanyakan pelakunya adalah Ibu rumah tangga, Karyawan dan PNS yang
memang sudah memiliki banyak jaringan/teman.
Saya sempat tertegun dan berpikir
keras (bukan cuma kerja keras) bagaimana cara membantu pedagang pasar untuk
mulai mengonlinekan dagangannya. Maklum mereka kebanyakan GapTek (Gagap
Teknologi).
Mana kenal mereka sama BBM, Facebook
apalgi Instagram. Belum lagi jika kita bilang BukaLapak.com, OLX atau
Tokopedia, makin pusing nantinya. Berkenalan aja belum pernah, gimana mau
kenal? Ting…..itu yang terbersit dalam benak dan hati kecil saya.
Paling tidak metode berjualannya
yang diperbaiki, bukan Cuma menunggu melainkan proaktif, itu nasehat pamungkas
saya kepada mereka. Dan beruntung cukup manjur, karena pembeli semakin
dimanjakan, tinggal duduk manis, barang pesanan sampai dengan selamat.

Benarkan
Era Digitalisme Menawarkan Banyak Peluang?

Bila kita flashback sedikit tentang
cerita pedagang pasar dengan pelaku bisnis/jualan online diatas, dapat
disimpulkan tiga hal yaitu kreatifitas, kerja keras dan kerja cerdas.
Kreatifitas, mengubah tantangan (dagang konvensional
sepi) menjadi peluang (jualan online) yang mungkin saja menjadi jalan
kesuksesan. Seseorang dapat dikatakan kreatif manakala ia berhasil keluar dari
kesulitan yang dialami bahkan semakin bertambah sukses.
Kerja
keras
, memulai
sesuatu yang tidak biasa (banting setir) atau keluar dari zona nyaman memang
lebih sulit. Diperlukan kerja keras dan kegigihan serta daya jaung yang tinggi.
Jika salah dalam melangkah (banting setir), bukan tidak mungkin masuk jurang.
Kerja
cerdas
,
memanfaatkan kecanggihan digitalisme sebagai media promosi yang efektif. Saat
orang malas keluar rumah karena macet, panas, ongkos dijalan bahkan ancaman
kejahatan, solusinya adalah belanja online.
Peluang yang besar ini perlu segera
dibungkus rapi dengan ketiga pilar
(dan mungkin masih banyak lagi) diatas, agar tidak berlalu begitu saja. Mengeluh
aja nggak akan menyelesaikan persoalan, do more.
Dengan berbelanja secara online
melalui BBM, FB, Instagram, memungkinkan seseorang untuk tidak keluar rumah.
Pembayarang dapat dilakukan secara online via internet banking, atau COD.

Internet
yang Semakin Friendly

Internet yang digunakan secara baik
terbukti ampuh untuk mendongkrak bisnis konvensional yang mulai ditinggalkan
oleh manusia modern. Punya bisnis offline sudah saatnya berpikir untuk
mengonlinekannya.
Tidak sulit untuk memulainya, yang
penting mau mencari informasi di google. Tinggal cari sendiri aja di google, udah
malas googling gimana mau ciptakan informasi dan peluang sendiri?
Googling itu nggak susah kok,
tinggal cari doang, nggak pake mikir lama-lama, nggak pake ribet. Langsung
tancap gas…..

 

Banyak orang di kolong langit ini
sudah membuktikan diri untuk mampu menghasilkan dollar dan pundi rupiah lewat
internet ataupun jualan online, kini giliran Anda untuk sukses, Never Give Up.

Iklan

Melalui buku ini, Anda akan belajar bagaimana Membangun kekayaan Melalui Investasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.