Halo pembaca yang budiman, kembali lagi dalam pembahasan kita kali ini tentang pengertian resiliensi adalah tentang ketangguhan, problem solving. Nah, ketika berbicara soal resiliensi, kita teringat akan daya juang seseorang untuk bangkit dari keterpuruan yang dialami.
Keterpurukan tidak lantas membuat seseorang hancur berkeping-keping bak pecahan kaca melainkan tempaan yang membentuk mentalnya. Jamak diketahui bahwa resiliensi ini bisa disejajarkan dengan orang yang tahan banting.
Nah seperti apa para ahli mendefinisikan resiliensi ini, hal ini nantinya yang akan kita bahas. Selain itu, kita juga akan melihat karakteritik atau ciri individu dengan resiliensi yang baik serta upaya pembentukan resiliensi ini.
Baca: 7 Kunci dalam mengembangkan resiliensi.
Untuk mempersingkat waktu Anda membaca, silahkan dilanjutkan untuk membaca penjelasan berikut hingga selesai supaya pemahaman Anda jadi lebih baik, setuju?
Daftar Isi:
Menurut Para Ahli Resiliensi Adalah:
Menurut (Desmita, 2006: 228), Resiliensi adalah kemampuan atau kapasias insani yang dimiliki seseorang, kelompok atau masyarakat yang memungkinkan untuk menghadapi, mencegah, meminimalkan dan bahkan menghilangkan dampak-dampak yang merugikan dari kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan, atau bahkan merubah kondisi yang menyengsarakan menjadi suatu hal yang wajar untuk diatasi. yang sangat dibutuhkan dalam setiap orang.
Menurut Grotberg (1995: 10) resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk menilai, mengatasi, dan meningkatkan diri ataupun mengubah dirinya dari keterpurukan atau kesengsaraan dalam hidup. Karena setiap orang itu pasti mengalami kesulitan ataupun sebuah masalah dan tidak ada seseorang yang hidup di dunia tanpa suatu masalah ataupun kesulitan.
Menurut Reivich dan Shatte (2002), resiliensi adalah kapasitas untuk merespon secara sehat dan produktif ketika menghadapi kesulitan atau trauma, dimana hal itu penting untuk mengelola tekanan hidup sehari-hari. Resiliensi adalah seperangkat pikiran yang memungkinkan untuk mencari pengalaman baru dan memandang kehidupan sebagai sebuah kemajuan.
Resiliensi kemudian menghasilkan dan mempertahankan sikap positif untuk digali. Individu dengan resiliensi yang baik memahami bahwa kesalahan bukanlah akhir dari segalanya. Individu mengambil makna dari kesalahan dan menggunakan pengetahuan untuk meraih sesuatu yang lebih tinggi. Individu menggembleng dirinya dan memecahkan persoalan dengan bijaksana, sepenuhnya, dan energik.
Menurut Connor & Davidson (2003), resiliensi merupakan kualitas seseorang dalam hal kemampuan untuk menghadapi penderitaan. Block & Kreman (Xianon&Zhang, 2007) menyatakan bahwa resiliensi digunakan untuk menyatakan kapabilitas individual untuk bertahan/survive dan mampu beradaptasi dalam keadaan stress dan mengalami penderitaan.
Menurut Sagor (dalam Patilima, 2015) mendefinisikan resiliensi sebagai kumpulan atribut yang ada pada seorang individu dengan kekuatan dan ketabahan untuk menghadapi hambatan besar yang mengikat kehidupannya.
Menurut Glantz (dalam Patilima, 2015) menyebutkan konsep resiliensi secara umum sebagai suatu proses dinamis individu yang menunjukkan fungsi adaptif dalam menghadapi kesulitan yang signifikan.
Menurut Peters dkk (dalam Patilima, 2015) resiliensi disebutkan sebagai cara seorang individu mewujudkan kompetensi dalam konteks tantangan yang signifikan untuk beradaptasi.
Dari ketujuh pendapat diatas maka penulis berkesimpulan bahwa resiliensi adalah kemampuan yang dimiliki seorang individu untuk berjuang bangkit dari keterpurukan yang dialami, sehingga ia mampu beradaptasi positif dengan situasi & lingkungan sekitar kemudian menjalani kehidupan dengan baik.
Praktisnya resiliensi merupakan seseorang yang memiliki daya lenting yang tinggi (tangguh) dan ketika terjatuhpun ia mampu bangkit bahkan lebih tinggi. Ibaratkan bola basket yang dijatuhkan ke lantai yang memiliki daya lenting yang tinggi.
Baca: Cara cerdas menguatkan mental dan membangun Resiliensi.
Ciri-ciri Resiliensi Adalah
Seseorang yang memiliki resiliensi yang baik tergambar dalam sikap dan karakternya yang tidak mudah menyerah, mandiri, memiliki wawasan, mampu menyelesaikan masalah, memiliki inisiatif, kreatif serta memiliki selera humor yang tinggi.
Nah, dalam mengungkapkan sebuah definisi, para ahli pun berbeda pendapat ketika merumuskan karakteristik atau ciri-ciri seseorang yang resiliensinya baik.
Menurut Bernard (dalam Desmita, 2014) Seseorang yang resilien biasanya memiliki empat sifat-sifat umum, yaitu:
1.Social competence (kompetensi sosial): kemampuan untuk memunculkan respon yang positif dari orang lain, dalam artian mengadakan hubungan-hubungan yang positif dengan orang lain.
2.Problem-solving skills/ metacognition (keterampilan pemecahan masalah/ metakognitif): perencanaan yang memudahkan untuk mengendalikan diri sendiri dan memanfaatkan akal sehatnya untuk mencari bantuan dari orang
3.Autonomy (otonomi): suatu kesadaran tentang identitas diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara independen serta melakukan pengontrolan terhadap lingkungan.
4.A sense of purpose and future (kesadaran akan tujuan dan masa depan): kesadaran akan tujuan-tujuan, aspirasi, ketekunan (persistence), pengharapan dan kesadaran akan suatu masa depan yang cemerlang (bright).
Sedangkan menurut Wolins (dalam Desmita 2014) mengajukan tujuh karakteristik internal sebagai tipe orang yang resilien, yaitu:
1.Initiative (inisiatif) yang terlihat dari upaya mereka melakukan eksplorasi terhadap lingkungan mereka dan kemampuan individual untuk mengambil peran/ bertindak.
2.Independence (independen) yang terlihat dari kemampuan seseorang menghindar atau menjauhkan diri dari keadaan yang tidak menyenangkan dan otonomi dalam bertindak.
3.Insight (berwawasan) yang terlihat dari kesadaran kritis seseorang terhadap kesalahan atau penyimpangan yang terjadi dalam lingkungannya atau bagi orang dewasa ditunjukkan dengan perkembangan persepsi tentang apa yang salah dan menganalisis mengapa ia salah.
4.Relationship (hubungan) yang terlihat dari upaya seseorang menjalin hubungan dengan orang
5.Humor (humor) yang terlihat dari kemampuan seseorang mengungkapkan perasaan humor ditengah situasi yang menegangkan atau mencairkan suasana kebekuan.
6.Creativitas (kreatifitas) yang terlihat dari kemampuan memikirkan berbagai pilihan, konsekuensi dan alternative dalam menghadapi tantangan hidup.
7.Morality (moralitas) yang ditunjukkan dengan pertimbangan seseorang tentang baik dan buruk, mendahulukan kepentingan orang lain dan bertindak dengan integritas.
Dari kedua pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat 9 ciri seseorang yang resilien diantaranya: inisiatif, independen, berwawasan, hubungan baik, selera humor, kreatif, memiliki moral yang baik, keterampilan pemecahan masalah yang baik, kesadaran akan masa depan.
Dari kesembilan ciri ini, kira-kira mana yang sudah dan belum kamu miliki? Yang sudah tinggal Anda pertahankan, sedangkan yang belum atau kurang silahkan Anda tingkatkan.
Baca: Cara mengubah penolakan interview menjadi Resiliensi.
Upaya Pembentukan Resiliensi
Untuk mengatasi kondisi-kondisi adversity dan mengembangkan resiliensi seseorang, sangat tergantung pada pemberdayaan tiga faktor dalam diri, oleh Grotberg (dalam Desmita, 2005) disebut sebagai tiga sumber dari resiliensi (three sources of resilience), yaitu Aku punya, Aku ini, Aku bisa/dapat.
I have (Aku punya) merupakan sumber resiliensi yang berhubungan dengan pemaknaan seseorang terhadap besarnya dukungan yang diberikan oleh lingkungan sosial terhadap dirinya. Sumber I have (Aku punya) ini mempunyai beberapa kualitas yang memberikan sumbangan bagi pembentukan resiliensi, yaitu:
- Hubungan yang dilandasi oleh kepercayaan penuh
- Struktur dan peraturan di rumah
- Model-model peran
- Dorongan untuk mandiri (otonomi)
- Akses terhadap layanan kesehatan, pendidikan, keamanan dan kesejahteraan.
I am (Aku ini) merupakan sumber resiliensi yang berkaitan dengan kekuatan pribadi yang dimiliki oleh seseorang, yang terdiri dari perasaan, sikap dan keyakinan pribadi. Beberapa kualitas pribadi mempengaruhi I am (Aku ini) ini adalah:
- Disayang dan disukai banyak orang
- Mencinta, empati, dan kepedulian pada oranglain
- Bangga dengan dirinya sendiri
- Bertanggungjawab terhadap perilaku sendiri dan menerima konsekuensinya
- Percaya diri, optimistik, dan penuh harap
I can (aku bisa) adalah sumber resiliensi yang berkaitan dengan apa saja yang dapat dilakukan oleh seseorang sehubungan dengan keterampilan- keterampilan sosial dan interpersonal. Keterampilan-keterampilan ini meliputi:
- Berkomunikasi
- Memecahkan masalah
- Mengelola perasaan dan impuls-impuls
- Mengukur tempramen sendiri dan oranglain
- Menjalin hubungan-hubungan yang saling mempercayai
Dari ketiga sumber resiliensi ini, kira-kira bagian mana saja yang perlu kamu tingkatkan lagi? Nah, dengan begitu kamu akan semakin sadar bahwa kekuatan ini wajib kamu miliki dalam mengarungi kehidupan yang semakin keras.
Faktor yang mempengaruhi Resiliensi
Menurut Holaday (Southwick, P.C. 2001), faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi adalah :
Social support, yaitu berupa community support, personal support, familial support serta budaya dan komunitas dimana individu tinggal
Cognitive skill, diantaranya intelegensi, cara pemecahan masalah, kemampuan dalam menghindar dari menyalahkan diri sendiri, kontrol pribadi dan spiritualitas
Psychological resources, yaitu locus of control internal, empati dan rasa ingin tahu, cenderung mencari hikmah dari setiap pengalaman serta selalu fleksibel dalam setiap situasi.
Nah pembaca yang budiman, demikianlah pembahasan singkat kita kali ini tentang pengertian resiliensi menurut para ahli. Mudah-mudahan bermanfaat untuk menambah wawasan Anda, serta dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya resiliensi. Sampai berjumpa kembali pada pembahasan berikutnya.